Powered By Blogger

Minggu, 28 Februari 2010

SEMANTIK



Pengertian SemantikSemantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani ‘sema’ (kata benda) yang berarti ‘tanda’ atau ‘lambang’. Kata kerjanya adalah ‘semaino’ yang berarti ‘menandai’atau ‘melambangkan’. Yang dimaksud tanda atau lambang disini adalah tanda-tanda linguistik (Perancis : signé linguistique). Menurut Ferdinan de Saussure (1966), tanda lingustik terdiri dari : 1) Komponen yang menggantikan, yang berwujud bunyi bahasa. 2) Komponen yang diartikan atau makna dari komopnen pertama. Kedua komponen ini adalah tanda atau lambang, dan sedangkan yang ditandai atau dilambangkan adaah sesuatu yang berada di luar bahasa, atau yang lazim disebut sebagai referent / acuan / hal yang ditunjuk. Jadi, Ilmu Semantik adalah :  Ilmu yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya.  Ilmu tentang makna atau arti. A. Batasan Ilmu Semantik Istilah Semantik lebih umum digunakan dalam studi ingustik daripada istilah untuk ilmu makna lainnya,seperti Semiotika, semiologi, semasiologi,sememik, dan semik. Ini dikarenakan istilah-istilah yang lainnya itu mempunyai cakupan objek yang cukup luas,yakni mencakup makna tanda atau lambang pada umumnya. Termasuk tanda lalulintas, morse, tanda matematika, dan juga tanda-tanda yang lain sedangkan batasan cakupan dari semantik adalah makna atau arti yang berkenaan dengan bahasa sebagai alat komunikasi verbal. B. Hubungan Semantik dengan Tataran Ilmu Sosial lain Berlainan dengan tataran analisis bahasa lain, semantik adalah cabang imu linguistik yang memiliki hubungan dengan Imu Sosial, seperti sosiologi dan antropologi. Bahkan juga dengan filsafat dan psikologi.
1. Semantik dan Sosiologi Semantik berhubungan dengan sosiologi dikarenakan seringnya dijumpai kenyataan bahwa penggunaan kata tertentu untuk mengatakan sesuatu dapat menandai identitas kelompok penuturnya. Contohnya :  Penggunaan / pemilihan kata ‘cewek’ atau ‘wanita’, akan dapat menunjukkan identitas kelompok penuturnya. Kata ‘cewek’ identik dengan kelompok anak muda, sedangkan kata ‘wanita’ terkesan lebih sopan, dan identik dengan kelompok orang tua yang mengedepankan kesopanan. 2. Semantik dan Antropologi. Semantik dianggap berkepentingan dengan antropologi dikarenakan analisis makna pada sebuah bahasa, menalui pilihan kata yang dipakai penuturnya, akan dapat menjanjikan klasifikasi praktis tentang kehidupan budaya penuturnya. Contohnya :  Penggunaan / pemilihan kata ‘ngelih’ atau ‘lesu’ yang sama-sama berarti ‘lapar’ dapat mencerminkan budaya penuturnya. Karena kata ‘ngelih’ adalah sebutan untuk ‘lapar’ bagi masyarakat Jogjakarta. Sedangkan kata ‘lesu’ adalah sebutan untuk ‘lapar’ bagi masyarakat daerah Jombang. C. Analisis Semantik Dalam analisis semantik, bahasa bersifat unik dan memiliki hubungan yang erat dengan budaya masyarakat penuturnya. Maka, suatu hasil analisis pada suatu bahasa, tidak dapat digunakan untuk menganalisi bahasa lain. Contohnya penutur bahasa Inggris yang menggunakan kata ‘rice’ pada bahasa Inggris yang mewakili nasi, beras, gabah dan padi. Kata ‘rice’ akan memiliki makna yang berbeda dalam masing-masing konteks yang berbeda. Dapat bermakna nasi, beras, gabah, atau padi.
Tentu saja penutur bahasa Inggris hanya mengenal ‘rice’ untuk menyebut nasi, beras, gabah, dan padi. Itu dikarenakan mereka tidak memiliki budaya mengolah padi, gabah, beras dan nasi, seperti bangsa Indonesia. Kesulitan lain dalam menganalisis makna adalah adanya kenyataan bahwa tidak selalu penanda dan referent-nya memiliki hubungan satu lawan satu. Yang artinya, setiap tanda lingustik tidak selalu hanya memiliki satu makna. Adakalanya, satu tanda lingustik memiliki dua acuan atau lebih. Dan sebaliknya, dua tanda lingustik, dapat memiliki satu acuan yang sama. Hubungan tersebut dapat digambarkan dengan contoh-contoh berikut : Bisa ‘racun’ ‘dapat’ buku kitab ‘lembar kertas berjilid’
Jenis SemantikSemantik memiliki memiliki objek studi makna dalam keseluruhan semantika bahasa, namun tidak semua tataran bahasa memiliki masalah semantik. Hal itu dapat dilihat dari bagan berikut : Fungsi (o semantik) Tata bahasa (gramatika) sintaksis kategori Peran morfologi semantik gramatika
fonologi (fonemik) Fonetik
(o semantik); tetapi tiap fonem membedakan makna (o semantik)
Leksikon
semantik leksikal
Tataran tata bahasa atau gramatika dibagi menjadi dua subtataran, yaitu morfologi dan sintaksis. Morfologi adalah cabang lnguistik yang mempelajari struktur intern kata, serta proses pembentukannya. Satuan dari morfologi yaitu morfem dan kata. Contoh : Ajar
 pe-lajar  be-lajar pe- dan be- dapat membedakan makna
Sedangkan sintaksis, adalah studi mengenai hubungan kata dengan kata dalam membentuk satuan yang lebih besar, yaitu frase, klausa, dan kalimat. Sintaksis memiliki satuan yaitu kata, frase, klausa, dan kalimat. Semantik sintaktikal memiliki tataran bawahan yang disebut : a) Fungsi gramatikal b) Kategori gramatikal c) Peran gramatikal Contoh analisis semantik sintaktikal : Kata Fungsi fungsi kategori peran Si Udin subjek nomina agent menjaga predikat verba benefaktif adiknya objek nomina patient di rumah sakit keterangan nomina locative
Satuan dan proses dari morfologi dan sintaktik memiliki makna. Oleh karena itu, pada tataran ini ada masalah-masalah semantik yang disebut semantik gramatikal karena objek studinya adalah makna-makna gramatikal dari tataran tersebut. Kalau yang menjadi objek penyelidikan adalah semantik leksikon, maka jenis semantiknya adalah semantik leksikal. Semantik leksikal menyelidiki makna yang ada pada leksem dari bahasa. Oleh karena itu, makna yang ada dalam leksem disebut makna leksikal. Leksem adalah satuan-bahasa bermakna. Istilah leksem ini dapat dipadankan dengan istlah kata, yang lazim digunakan dalam studi morfologi dan sintaksis,dan yang lazim didefiinisikan sebagai satuan gramatik bebas terkecil. Baik kata tunggal maupun kompositum Contoh : Kambing  Hitam  Kambing hitam
 nama hewan  jenis warna  ‘orang yang dipersalahkan’
Manfaat Semantik5
1. Bagi seorang wartawan, reporter, atau orang-orang yang berkecimpung dalam dunia persuratkabaran dan pemberitaan : Mereka akan memperoleh manfaat praktis dari pengetahuan mengenai semantik,yang dapat memudahkan dalam memilih dan menggunakan kata dengan makna yang tepat dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. 2. Bagi peneliti bahasa : Bagi pelajar sastra, pengetahuan semantik akan banyak member bekal teoritis untuk menganalisis bahasa yang sedang dipelajari. Sedangkan bagi pengajar sastra, pengetahuan semantik akan member manfaat teoritis, maupun praktis. Secara teoritis, teori-teori semantik akan membantu dalam memahami dengan lebih baik bahasa yang akan diajarkannya. Dan manfaat praktisnya adalah kemudahan untuk mengajarkannya.3. Bagi orang awam :
Pemakaian dasar-dasar semantik tentunya masih diperlukan untuk dapat memahami dunia yang penuh dengan informasi dan lalu-lintas kebahasaan yang terus berkembang.
Semantik Dalam Studi Linguistik1. Aristoteles (384 – 322 SM) Kata adalah satuan terkecil yang mengandung makna. Yaitu (1) makna yang hadir dari kata itu sendiri secara otonom (makna leksikal), dan (2) makna yang hadir akibat proses gramatika (makna gramatikal). (Ullman 1977:3) 2. Plato (429 – 347 SM) Bunyi-bunyi bahasa secara implicit mengandung makna tertentu. Memang ada perbedaan pendapat antara Plato dan Aristoteles. Pato mempercayai tentang adanya hubungan berarti antara kata (bunyi-bunyi bahasa) dengan referent-nya. Sedangkan Aristoteles, berpendapat bahwa hubungan antara bentuk dan arti kata adalah soal perjanjian antar pemakainya (Moulton 1976 : 3).
3. C. Chr. Reisig (1825) Konsep baru mengenai gramatika : Gramatika terdiri dari tiga unsure utama, yaitu : a) Semasiologi – studi tentang tanda b) Sintaksis – studi tentang susunan kalimat c) Etimologi – studi tentang asal usul kata,perubahan bentuk kata, dan perubahan makna 4. Michel Breal (akhir abad XIX) Dalam karangannya, Essai de Semantique, telah menggunakan istilah semantik. Dan menyebutnya sebagai suatu bidang ilmu yang baru. 5. Ferdinand de Saussure Dalam bukunya Cours de Linguistique Generale (1916). “studi lingustik harus difokuskan pada keberadaan bahasa pada waktu tertentu. Pendekatannya harus sinkronis, dan studinya harus deskriptif”. De Saussure juga mengajukan konsep signé (tanda) untuk menunjukkan hubungan antara signifié (yang ditandai) dan signifiant (yang menandai). Signifié adalah makna atau konsep dari signifiant yang berwujud bunyi-bunyi bahasa. Signifié dan signifiant sebagai signé linguistique adalah satu kesatuan yang merujukpada satu referent. Yaitu sesuatu, berupa benda atau hal yang dikuar bahasa.